Senin, 08 April 2013

INTERUPSI!
KEPADA HUKUM
Karya : Wahyu Barata P.

Interupsi!
Bertahun-tahun kusaksikan, kau sangat tangkas menangkap pencopet, pencuri ayam, dan pelacur kelas teri. Tapi sangat lamban memburu pengemplang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, pengemplang pajak, gembong-gembong perjudian, dan Bandar-bandar narkoba.

Bertahun-tahun kusaksikan, kau sangat tegas menuntut penjambret jemuran, perampok rumah mewah, dan pencuri sepeda motor. Tapi begitu lemah dan malu-malu saat menuntut koruptor dana Badan Usaha Logistik, pembobol bank, skandal pembelian tank – helikopter, dan kasus penembakan mahasiswa Trisakti.

Bertahun-tahun kusaksikan, begitu kencang ketukan palumu untuk memenjarakan pengutil dan preman kampung. Tapi sangat lembut dan mencari-cari alasan agar terdakwa kasus korupsi meninggalkan sidang dengan status tak bersalah.

Selama ini pula kautorehkan budaya remisi bebas bagi narapidana kaya. Tapi hanya memberi sehari dua hari potongan hukuman dari bertahun-tahun di balik jeruji untuk narapidana miskin.

Interupsi!
Mengapa kau pandang bulu?
Mengapa di tanganmu pengadilan menjadi teater yang mementaskan lakon sarat ironi?
Mengapa kau manjakan para koruptor dibalik tirai besi dan rumah sakit?
Mengapa kau campakkan tuan Lopa, tuan Wirahadikusuma, tuan Syafiuddin, Bung Munir, dan aktivis mahasiswa dari titik kritis.
Mengapa kau memvonisku sebagai anak durhaka?
Mengapa kau tega menipu orang bodoh yang sedang berusaha percaya kepadamu dan memimpikan keadilan seperti aku?
Mengapa kau dustai kuasa ilahi dan hati kecilmu?
Apa kau sakit ingatan?

Interupsi!
Kau benar-benar membuatku ragu dan cemas
Jangan-jangan, dari waktu ke waktu kau hanya menjadi budak nafsu dan alat pembersih kejahatan yang bisa dibeli, alat rekayasa para pejabat untuk mencari untung, anjing penguasa, pecundang sejati, atau pengecut?

Interupsi!
Berapa harga yang harus kubayar agar setiap keputusanmu bisa menumpas tuntas segala tindak kriminal yang kini semakin melampaui batas?
Kapan kau akan bangkit dan membangun nyali?
Dan akankah kau secerah hangat mentari pagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar