PERCAKAPAN ALU DAN LESUNG
Karya :Margaretta Christita
Dug, tek, tok
Alu menyapa lesung dengan guraunya
Merekapun bercakap
Tentang anak manusia dan tanahnya
Dug, tek, tok
Alu berkata pada lesung
“Aku melihat dari atas sini,
Seorang pria tegap berkulit tembaga
Jemari tangannya mengelus mesra
Pipi gadis putih bermata segaris”
Tek, tok, dug
Jawab lesung kepada alu
“Dari bawah aku melihat,
Pemuda jangkung, berambut jagung
Tengah menunggu gadisnya yang ayu dan sawo matang
Menyelesaikan puja sembah pada dewata
Di depan gerbang pura”
Dug, tek, tok
Anak manusia menapakkan kaki pada pasir dibawah lembayung
Mereka sudah lupa,
Bertahun lalu ketika mereka ingin saling menguasai
Saling bunuh dan bertikai
Tek, tok, dug
Putaran waktu membantu ingatan kembali
Mereka menyusu pada satu ibu, bumi
Dan perpangku pada cakrawala yang sama
Menapak pada sebuah tanah berselimut seresah
Dug, tek, tok
Mereka tak lagi peduli apa yang mereka telan
Nasi atau roti
Mereka mulai membangun rumah
Dari tiap gumpal tanah
Mereka mengisi dunia
Dengan anak anak yang mereka buat dari segumpal darah
Untuk siaga membela tanah airnya
Dug, tek, tok
Itu lebih bijak dari pada mencari neraka
Yang tersulut karena adanya perbedaan raga
Ya, biarkan mereka menyusun darma
Sebelum kembali pada penciptanya
Tek, tok, dug
Lesung menutup irama bincangnya
Tentang anak manusia dan tanahnya
Karya :Margaretta Christita
Dug, tek, tok
Alu menyapa lesung dengan guraunya
Merekapun bercakap
Tentang anak manusia dan tanahnya
Dug, tek, tok
Alu berkata pada lesung
“Aku melihat dari atas sini,
Seorang pria tegap berkulit tembaga
Jemari tangannya mengelus mesra
Pipi gadis putih bermata segaris”
Tek, tok, dug
Jawab lesung kepada alu
“Dari bawah aku melihat,
Pemuda jangkung, berambut jagung
Tengah menunggu gadisnya yang ayu dan sawo matang
Menyelesaikan puja sembah pada dewata
Di depan gerbang pura”
Dug, tek, tok
Anak manusia menapakkan kaki pada pasir dibawah lembayung
Mereka sudah lupa,
Bertahun lalu ketika mereka ingin saling menguasai
Saling bunuh dan bertikai
Tek, tok, dug
Putaran waktu membantu ingatan kembali
Mereka menyusu pada satu ibu, bumi
Dan perpangku pada cakrawala yang sama
Menapak pada sebuah tanah berselimut seresah
Dug, tek, tok
Mereka tak lagi peduli apa yang mereka telan
Nasi atau roti
Mereka mulai membangun rumah
Dari tiap gumpal tanah
Mereka mengisi dunia
Dengan anak anak yang mereka buat dari segumpal darah
Untuk siaga membela tanah airnya
Dug, tek, tok
Itu lebih bijak dari pada mencari neraka
Yang tersulut karena adanya perbedaan raga
Ya, biarkan mereka menyusun darma
Sebelum kembali pada penciptanya
Tek, tok, dug
Lesung menutup irama bincangnya
Tentang anak manusia dan tanahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar