Next Story dari :
ayik2945@yahoo.com
Bang,
aku juga mau cerita tentang pengorbanan ibuku ya (terus terang cerita
bang alit tentang ibu di twiter abang kemaren, nyentuh banget, sehingga
aku ingat betapa hebat pengorbanan seorang ibu).
Baiklah..
Keluarga
kami bukan keluarga kaya, namun cukuplah untuk sehari-hari. Ibu bantu
keuangan keluarga dengan jadi penjahit, langganan beliau lumayan banyak.
Beliau berusaha memenuhi keperluan anaknya tanpa mengutak-atik uang
dari bapak.
Agustus
tahun 2000 tak akan terlupa buatku, dimana bulan itu, pada hari
pengumuman kelulusan tes UMPTN ku, di hari yg sama juga ibu punya
pengumuman di rumah bahwa beliau terkena kanker usus. Memang gejalanya
telah tampak beberapa bulan terakhir, namun saat diperiksa ke dokter
dikatakan tidak apa-apa, hingga ibu bertemu dokter yang biasa menangani
keluarga besar yang juga kebetulan tetangga di kampung.
Bulan
itu menjadi penuh pertimbangan buat kami, keuangan keluarga kami yang
serba pas-pasan, membuatku memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan
mengorbankan kelulusan UMPTN ku. Aku mengusulkan agar uang itu dipakai
berobat saja oleh ibu. Namun ibu bilang, uang itu harus dipakai biaya
kuliah karena beliau tidak mau anaknya tidak mendapatkan pendidikan. Aku
menghadapi sebuah dilema bang. Aku bingung, bila aku kuliah, sama saja
aku membiarkan ibu menghadapi penderitaan beliau. Sedangkan bila aku
tidak kuliah, sama saja aku tidak mendengarkan amanat beliau.
Hingga
akhirnya ibu benar-benar meyakinkan aku untuk tetap kuliah di akademi
kebidanan (itu merupakan keinginan beliau), dan ibu berjanji untuk tetap
melanjutkkan pengobatan hingga aku sukses jadi bidan dan bisa mengobati
beliau. Hal itu memotivasiku untuk tetap melanjutkan cita-cita
sekaligus amanat beliau.
Tapi
berselang 6 bulan, tepatnya tanggal 10 desember taun 2000, ibu
menghembuskan nafas terakhirnya karena sudah tak kuat menahan sakit. Dan
yang aku sesali, aku tak sempat memenuhi keinginan beliau untuk sekedar
menyuntikkan vitamin atau memberikan obat kepada beliau. Karena pada
saat beliau meninggal, aku masih semester I dan belum mempelajari
ketrampilan tersebut.
Tapi
lama-lama aku sadar, penyesalan tidak akan membuat ibuku hidup lagi.
Lebih baik aku menjalankan amanat beliau dengan sebaik-baiknya, jangan
sampai pengorbanan beliau sia-sia, sehingga beliau bisa tersenyum di
surga. Dan dari kejadian itu, aku belajar bahwa seorang ibu pasti akan
melakukan apa saja untuk kebaikan anaknya meskipun harus mengorbankan
dirinya. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar